Saturday, February 25, 2012
JANGAN SOK SUCI
Sahabat, kadangkala kita merasa bahwa segala harta kekayaan yang kita peroleh merupakan hasil jerih payah kerja keras dan doa kita sendiri, ketahuilah bahwa tidak sedikit orang-orang ikhlas disekitar kita yang turut mendoakan dan bahagia atas keberhasilan kita. Dan yang PASTI adalah Allah SWT sengaja menitipkan harta kekayaanNYA kepada kita karena ada orang-orang Dhu’afa yang menjadi Teman kita atau bahkan jadi keluarga kita, disinilah Allah ingin melihat apakah kita mau berbagi ?
”Sesungguhnya orang yang PALING MULIA diantara kamu disisi Allah ialah orang yang PALING TAQWA diantara kamu.”(QS, al-Hujurat [49]: 13)
Dua orang laki-laki bersaudara . Mereka sudah yatim piatu sejak remaja. Keduanya bekerja pada sebuah pabrik kecap .
Mereka hidup rukun , dan sama-sama tekun belajar agama. Mereka berusaha mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal mungkin.
Untuk datang ke tempat pengajian, mereka acap kali harus berjalan kaki untuk sampai ke rumah Sang Ustadz. Jaraknya sekitar 10 km dari rumah peninggalan orangtua mereka.
Suatu ketika sang kakak berdo’a memohon rejeki untuk membeli sebuah mobil supaya dapat dipergunakan untuk sarana angkutan dia dan adiknya, bila pergi mengaji. Allah mengabulkannya, jabatannya naik, dia menjadi kepercayaan sang direktur. Dan tak lama kemudian sebuah mobil dapat dia miliki. Dia mendapatkan bonus karena omzet perusahaannya naik.
Lalu sang kakak berdo’a memohon seorang istri yang sempurna, Allah mengabulkannya, tak lama kemudian sang kakak bersanding dengan seorang gadis yang cantik serta baik akhlaknya.
Kemudian berturut-turut sang Kakak berdo’a memohon kepada Allah akan sebuah rumah yang nyaman, pekerjaan yang layak, dan lain-lain. Dengan itikad supaya bisa lebih ringan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Dan Allah selalu mengabulkan semua do’anya itu.
Sementara itu, sang Adik tidak ada perubahan sama sekali, hidupnya tetap sederhana, tinggal di rumah peninggalan orang tuanya yang dulu dia tempati bersama dengan Kakaknya. Namun karena kakaknya sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat mengikuti pengajian, maka sang adik sering kali harus berjalan kaki untuk mengaji kerumah guru mereka.
Suatu saat sang Kakak merenungkan dan membandingkan perjalanan hidupnya dengan perjalanan hidup adiknya. Dia teringat bahwa adiknya selalu membaca selembar kertas saat dia berdo’a, menandakan adiknya tidak pernah hafal bacaan untuk berdo’a.
Lalu datanglah ia kepada adiknya untuk menasihati adiknya supaya selalu berdo’a kepada Allah dan berupaya untuk membersihkan hatinya, ” Dik, sungguh ketidak mampuan kita menghapal quran, hadits dan bacaan doa. bisa jadi karena hati kita kurang bersih.. “
Sang adik Mengangguk, hatinya terenyuh dan merasa sangat bersyukur sekali mempunyai kakak yang begitu menyayanginya, dan dia mengucapkan terima kasih kepada kakaknya atas nasihat itu.
Suatu saat sang adik meninggal dunia, sang kakak merasa sedih karena sampai meninggalnya adiknya itu tidak ada perubahan pada nasibnya sehingga dia merasa yakin kalau adiknya itu meninggal dalam keadaan kotor hatinya sehubungan do’anya tak pernah terkabul.
Sang kakak membereskan rumah peninggalan orang tuanya sesuai dengan amanah adiknya untuk dijadikan sebuah mesjid. Tiba-tiba matanya tertuju pada selembar kertas yang terlipat dalam sajadah yang biasa dipakai oleh adiknya yang berisi tulisan do’a, diantaranya Al-fatehah, Shalawat, do’a untuk guru mereka, do’a selamat dan ada kalimah di akhir do’anya:
“Ya, Allah. tiada sesuatupun yang luput dari pengetahuan Mu,
Ampunilah aku dan kakaku, kabulkanlah segala do’a kakak ku,
Jadikan Kakakku selalu dalam lindungan dan cinta-Mu,
Bersihkanlah hatinya dan berikanlah kemuliaan hidup untuk kakakku
didunia dan akhirat.”
Sang Kakak berlinang air mata dan haru biru memenuhi dadanya. Dia telah salah menilai adiknya. Tak disangka ternyata adiknya tak pernah sekalipun berdo’a untuk memenuhi nafsu duniawinya dan ternyata keberhasilan sang kakak tak luput dari ketekunan do’a adiknya.
Sahabat, Kekayaan, kemiskinan, kebaikan, keburukan dan setiap musibah yang menimpa manusia merupakan ujian dari Allah swt. yang diberikan kepada hambanya. Itu semua bukan ukuran kemuliaan atau kehinaan seseorang. Janganlah bangga karena kekayaan dan janganlah putus asa karena kemiskinan.
” Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah BERITA GEMBIRA KEPADA ORANG-ORANG YANG SABAR, “ (Q.S.Al-Baqoroh 155 ).
Seringkali kita mengukur kedekatan kita kepada Allah SWT adalah karena terpenuhinya segala permintaan duniawi yang sering kita mohonkan dalam do’a-do’a kita.
Cobalah kita lihat orang yang sedang jatuh cinta atau bisa jadi kita sendiri pernah jatuh cinta kepada seseorang. Wajahnya selalu terbayang, canda tawanya serta tingkahnya selalu terkenang. Mau tidur ingat dia, mau makan ingat dia, mau mandi ingat dia bahkan kita sedang sholatpun ingat dia, surat cintanya atau sms nya kita selalu baca berkali-kali dan kita simpan dengan sangat rapi ketika ingat dia kita baca lagi surat cinta atau sms itu, hari-harinya selalu ingin bertemu, tidak ketemu sehari saja rasanya setahun. Padahal belum tentu dia akan menjadi milik kita. Masya Allah.
Pernahkah kita merasakan jatuh cinta kepada Allah ? Dia yang memberi nafas kita setiap detik, memberi berbagai makanan yang kita suka, memberi mata yang dengan itu kita bisa melihat indahnya dunia, memberi tangan yang membuat kita bisa berkarya, memberi kecerdasan yang membuat kita mampu berinovasi dan berkreasi dan memberi segala macam kebutuhan kita tanpa meminta imbalan sedikitpun, adakah semua itu kita rasakan ? mengapa kita tidak jatuh cinta kepadaNYA ? sejauh mana bukti cinta kita kepadanya ?
114 surat cintaNYA seberapa sering kita baca dan kita renungkan ? 114 surat kasihnya adakah pernah kita balas ? Panggilan AdzanNYA sesegera apakah kita menghadap ? tergetarkah hati kita dan gembirakah hati kita ketika mendengar panggilanNYA ? bandingkan dengan kita kalau dipanggil atasan kita atau janjan dengan si calon pasangan kita ?
Yach, ada 114 SURAT CINTA yang telah dikirimkan kepada kita dan telah sampai kepada kita dan SELAMA NAFAS kita belum terhenti Surat Cinta itu selalu menunggu untuk kita balas, kapan kita akan mau balas ?
Donasikan Sebagian Rizki anda disini>>>
Saturday, February 18, 2012
RINGAN DENGAN BERBAGI BEBAN
Kita tidak akan bisa hidup tanpa orang lain dengan kerjasama sesuatu yang tidak mungkin akan menjadi mungkin.
Bekerjasama dengan orang lain bukan pertanda kita lemah sebaliknya mencerminkan kita sebagai manusia yang cerdas untuk melipat gandakan suatu hasil dan percepatan untuk meraih goal target
“…Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya.” (Al Maidah: 2)
Ada sebuah keluarga yang mempunyai tiga anak laki-laki seiring dengan berjalannya waktu sang bapak merasakan dirinya sudah tidak sekuat dulu lagi badanpun mulai terasa sakit-sakitan karena dimakan usia sementara ke tiga anaknyapun sudah beranjak dewasa satu rentang waktu yang terlewati sudah cukup panjang namun tidak terasa karena waktu tidak pernah berhenti sedikitpun.
Semakin hari hati sang Bapak semakin risau melihat ketiga anaknya tidak pernah hidup rukun. Sepanjang hari selalu dihabiskan dengan bertengkar. Sang bapak terus memeras otak agar kelak kalau dirinya sudah tidak ada, anak anaknya dapat hidup berdampingan dengan rukun dan saling membantu. Setelah sekian lama, akhirnya Sang bapak pun menemukan caranya maka di kumpulkanlah ketiga anaknya.
” Anak anaku bapak merasa sudah tua dan usaha yang bapak rintis harus ada penerusnya maka bapak akan memilih diantara kalian siapa yang paling berhak mewarisi usaha keluarga kita ”, sang bapak menyampaikan dengan suara yang tenang sedangkan anak anaknya sudah mulai gaduh
” aku yang paling berhak karena diantara kami akulah yang paling tua”, kata anak pertama. ” oh tidak bisa, akulah yang paling berhak karena selama ini akulah yang paling banyak membantu bapak ”, timpal anak kedua. ” mana mungkin Bapak digantikan orang dengan kecerdasan rata-rata seperti kalian, aku yang paling pantas karena diantara kalian semua akulah yang paling pintar ”, anak ketiga pun tidak mau kalah.
Alasan kalian semuanya masuk akal, begini saja bapak akan mengetes kalian dan yang menang dialah yang berhak, bagaimana kalian setuju ? tanya sang bapak. ” ok, setuju ”, jawab ketiga anaknya serempak dan mereka pun saling menyombongkan diri dan penuh percaya diri untuk memenangkan ujian yang akan di berikan oleh bapaknya meskipun mereka belum tahu ujian apa yang bakalan mereka hadapi.
Sang bapak pun mengeluarkan tiga batang sumpit bambu yang kemudian di serahakan kepada anak anaknya apabila ada diantara kalian yang bisa mematahkan ketiga sumpit ini sekaligus maka dialah pemenangnya sang bapak menjelaskan aturan mainnya dengan penuh wibawa
Anak yang pertama pun diberi kesempatan terlebih dahulu dilanjutkan anak yang kedua dan yang terakhir adalah si bungsu mereka berusaha keras untuk mematahkan sumpit tersebut dengan sekuat tenaga tapi akhirnya mereka tidak ada yang berhasil, kesombongan yang awalnya berapi api sekejap sirna dan mereka tertunduk malu sang bapak tenang dan tersenyum dan sang bapak pun mengambil kembali ketiga sumpit itu lalu di bagikan satu satu kepada mereka coba sekarang kalian patahkan perintah sang bapak
Dan ketiga anaknya sama sekali tidak mengalami kesulitan untuk mematahkan ketiga sumpit yang telah dibagi tiga itu, kalian paham kan sekarang ketiga sumpit bisa di patahkan kalau kalian bekerja sama, bapak harap kedepannya masalah apapun yang kalian hadapi, hadapilah sama sama saling membantu satu sama lainnya seberat apapun suatu pekerjaan kalau di kerjakan bersama pasti akan berhasil, sesuatu yang tidak mungkin akan menjadi mungkin jika kalian selalu bergandengan tangan
Sejak saat itu mereka pun tidak pernah bertengkar dan berantem lagi, mereka selalu bersama sama hingga sang bapak wafat usaha mereka terus berkembang pesat berkat kerja sama mereka mereka telah mengerti nilai nilai yang di ajarkan oleh sang bapak
Kaum yang tertindas adalah kaum yang tercerai berai sedangkan kaum yang kuat adalah kaum yang selalu mengutamakan kebersamaan
Sahabat, dalam hidup kita tidak bisa hidup sendiri kita selalu membutuhkan orang lain untuk itu jangan pernah menganggap semua hal di dunia ini dapat diselesaikan sendiri manusia terlalu kecil laksana sebutir debu mana mungkin bisa melakukan semua hal
Kerja sama memegang peranan yang sangat penting dalam hidup manusia di dalam sebuah keluarga ada bapak yang mencari nafkah dan ibu yang mengurus rumah tangga dan akan menjadi berat bila kedua hal tersebut di kerjakan sendiri oleh ibu atau bapak
Demikian juga dalam dunia kerja yang membutuhkan teamwork keberhasilan suatu proyek tentu bukan berkat satu orang melainkan berhasil karena ada kerja sama antara sesama penghuni perusahaan sepintar apapun seorang pemimpin tanpa adanya dukungan dari bawahan maka akan sia sia lebih baik berpikir dengan banyak kepala dari pada di pikir dengan satu kepala manusia hanya memiliki dua kaki dan dua tangan maka kita membutuhkan seribu tangan yang di maksud seribu tangan adalah bahwa suatu perkerjaan bila dikerjakan sama sama maka akan cepat selesai dan berhasil atau juga bisa di ibaratkan dengan sapu lidi jika hanya satu batang ia tidak akan ada gunanya jika di gabungkan dalam segenggam maka ia dapat membersihkan sampah yang berserakan
Orang yang tidak mau bekerja sama dengan orang lain adalah manusia kerdil dan selamanya tidak akan mampu membuat karya yang besar , jangan pernah takut bahwa dengan bekerja sama dengan orang lain keuntungan atau hasil yang kita peroleh akan berkurang karena sesungguhnya prinsip kerja sama bukan membagi hasil melainkan membagi beban sebaliknya dengan bekerja sama akan menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda, tapi jika kita sendirian akan memperoleh satu bahkan nol tetapi dengan bekerja sama akan menghasilkan puluhan bahkan ratusan
Suami istri yang saling bahu membahu akan menciptakan rumah tanggayang harmonis guru dan murid yang saling bekerjasama akan menciptakan sekolah yang berprestasi pimpinan perusahaan dengan karyawan yang seiring sejalan akan melahirkan perusahaan yang bonafid, Pimpinan negara dan rakyat yang saling mendukung akan membawa kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan bagi bangsanya
Jangan biarkan beban makin menumpuk di pundak kita sendirian, bagilah beban dengan sesama kita, maka kita akan merasakan alangkah bahagianya bagi kita yang dapat bekerjasama dengan siapa saja sebabnya sesungguhnya hidup memang membutuhkan kerjasama. Jadikan kerjasama sebagai FAKTOR KALI dalam setiap kehidupan.
Sahabat, kalau menghidupi dan mendidik satu atau dua anak kita saja, kita seringkali kerepotan dan mengeluarkan seribu keluhan, bagaimana jika anak kita berjumlah puluhan bahkan ratusan hingga ribuan dan setiap hari ada bersama kita, bagaimana makan minumnya ?, bagaimana pendidikannya dan mengurus kesehatannya ? dan mengurus kebutuhan lainnya ?. ya....ternyata semua itu mudah dan tidak sesulit yang kita bayangkan jika KITA BEKERJA SAMA.
Seribu Rupiah yang kita sedekahkan adalah sebuah bentuk Kerja Sama kita melahirkan Ribuan Generasi Qur’ani yang tangguh menatap masa depan untuk kemuliaan Islam dan Kaum Muslimin, Pasti ! .......walau mungkin kita belum sempat menyaksikan kelahirannya karena keterbatasan nafas kita.
Donasikan Sebagian Rizki anda disini>>>
Bekerjasama dengan orang lain bukan pertanda kita lemah sebaliknya mencerminkan kita sebagai manusia yang cerdas untuk melipat gandakan suatu hasil dan percepatan untuk meraih goal target
“…Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya.” (Al Maidah: 2)
Ada sebuah keluarga yang mempunyai tiga anak laki-laki seiring dengan berjalannya waktu sang bapak merasakan dirinya sudah tidak sekuat dulu lagi badanpun mulai terasa sakit-sakitan karena dimakan usia sementara ke tiga anaknyapun sudah beranjak dewasa satu rentang waktu yang terlewati sudah cukup panjang namun tidak terasa karena waktu tidak pernah berhenti sedikitpun.
Semakin hari hati sang Bapak semakin risau melihat ketiga anaknya tidak pernah hidup rukun. Sepanjang hari selalu dihabiskan dengan bertengkar. Sang bapak terus memeras otak agar kelak kalau dirinya sudah tidak ada, anak anaknya dapat hidup berdampingan dengan rukun dan saling membantu. Setelah sekian lama, akhirnya Sang bapak pun menemukan caranya maka di kumpulkanlah ketiga anaknya.
” Anak anaku bapak merasa sudah tua dan usaha yang bapak rintis harus ada penerusnya maka bapak akan memilih diantara kalian siapa yang paling berhak mewarisi usaha keluarga kita ”, sang bapak menyampaikan dengan suara yang tenang sedangkan anak anaknya sudah mulai gaduh
” aku yang paling berhak karena diantara kami akulah yang paling tua”, kata anak pertama. ” oh tidak bisa, akulah yang paling berhak karena selama ini akulah yang paling banyak membantu bapak ”, timpal anak kedua. ” mana mungkin Bapak digantikan orang dengan kecerdasan rata-rata seperti kalian, aku yang paling pantas karena diantara kalian semua akulah yang paling pintar ”, anak ketiga pun tidak mau kalah.
Alasan kalian semuanya masuk akal, begini saja bapak akan mengetes kalian dan yang menang dialah yang berhak, bagaimana kalian setuju ? tanya sang bapak. ” ok, setuju ”, jawab ketiga anaknya serempak dan mereka pun saling menyombongkan diri dan penuh percaya diri untuk memenangkan ujian yang akan di berikan oleh bapaknya meskipun mereka belum tahu ujian apa yang bakalan mereka hadapi.
Sang bapak pun mengeluarkan tiga batang sumpit bambu yang kemudian di serahakan kepada anak anaknya apabila ada diantara kalian yang bisa mematahkan ketiga sumpit ini sekaligus maka dialah pemenangnya sang bapak menjelaskan aturan mainnya dengan penuh wibawa
Anak yang pertama pun diberi kesempatan terlebih dahulu dilanjutkan anak yang kedua dan yang terakhir adalah si bungsu mereka berusaha keras untuk mematahkan sumpit tersebut dengan sekuat tenaga tapi akhirnya mereka tidak ada yang berhasil, kesombongan yang awalnya berapi api sekejap sirna dan mereka tertunduk malu sang bapak tenang dan tersenyum dan sang bapak pun mengambil kembali ketiga sumpit itu lalu di bagikan satu satu kepada mereka coba sekarang kalian patahkan perintah sang bapak
Dan ketiga anaknya sama sekali tidak mengalami kesulitan untuk mematahkan ketiga sumpit yang telah dibagi tiga itu, kalian paham kan sekarang ketiga sumpit bisa di patahkan kalau kalian bekerja sama, bapak harap kedepannya masalah apapun yang kalian hadapi, hadapilah sama sama saling membantu satu sama lainnya seberat apapun suatu pekerjaan kalau di kerjakan bersama pasti akan berhasil, sesuatu yang tidak mungkin akan menjadi mungkin jika kalian selalu bergandengan tangan
Sejak saat itu mereka pun tidak pernah bertengkar dan berantem lagi, mereka selalu bersama sama hingga sang bapak wafat usaha mereka terus berkembang pesat berkat kerja sama mereka mereka telah mengerti nilai nilai yang di ajarkan oleh sang bapak
Kaum yang tertindas adalah kaum yang tercerai berai sedangkan kaum yang kuat adalah kaum yang selalu mengutamakan kebersamaan
Sahabat, dalam hidup kita tidak bisa hidup sendiri kita selalu membutuhkan orang lain untuk itu jangan pernah menganggap semua hal di dunia ini dapat diselesaikan sendiri manusia terlalu kecil laksana sebutir debu mana mungkin bisa melakukan semua hal
Kerja sama memegang peranan yang sangat penting dalam hidup manusia di dalam sebuah keluarga ada bapak yang mencari nafkah dan ibu yang mengurus rumah tangga dan akan menjadi berat bila kedua hal tersebut di kerjakan sendiri oleh ibu atau bapak
Demikian juga dalam dunia kerja yang membutuhkan teamwork keberhasilan suatu proyek tentu bukan berkat satu orang melainkan berhasil karena ada kerja sama antara sesama penghuni perusahaan sepintar apapun seorang pemimpin tanpa adanya dukungan dari bawahan maka akan sia sia lebih baik berpikir dengan banyak kepala dari pada di pikir dengan satu kepala manusia hanya memiliki dua kaki dan dua tangan maka kita membutuhkan seribu tangan yang di maksud seribu tangan adalah bahwa suatu perkerjaan bila dikerjakan sama sama maka akan cepat selesai dan berhasil atau juga bisa di ibaratkan dengan sapu lidi jika hanya satu batang ia tidak akan ada gunanya jika di gabungkan dalam segenggam maka ia dapat membersihkan sampah yang berserakan
Orang yang tidak mau bekerja sama dengan orang lain adalah manusia kerdil dan selamanya tidak akan mampu membuat karya yang besar , jangan pernah takut bahwa dengan bekerja sama dengan orang lain keuntungan atau hasil yang kita peroleh akan berkurang karena sesungguhnya prinsip kerja sama bukan membagi hasil melainkan membagi beban sebaliknya dengan bekerja sama akan menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda, tapi jika kita sendirian akan memperoleh satu bahkan nol tetapi dengan bekerja sama akan menghasilkan puluhan bahkan ratusan
Suami istri yang saling bahu membahu akan menciptakan rumah tanggayang harmonis guru dan murid yang saling bekerjasama akan menciptakan sekolah yang berprestasi pimpinan perusahaan dengan karyawan yang seiring sejalan akan melahirkan perusahaan yang bonafid, Pimpinan negara dan rakyat yang saling mendukung akan membawa kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan bagi bangsanya
Jangan biarkan beban makin menumpuk di pundak kita sendirian, bagilah beban dengan sesama kita, maka kita akan merasakan alangkah bahagianya bagi kita yang dapat bekerjasama dengan siapa saja sebabnya sesungguhnya hidup memang membutuhkan kerjasama. Jadikan kerjasama sebagai FAKTOR KALI dalam setiap kehidupan.
Sahabat, kalau menghidupi dan mendidik satu atau dua anak kita saja, kita seringkali kerepotan dan mengeluarkan seribu keluhan, bagaimana jika anak kita berjumlah puluhan bahkan ratusan hingga ribuan dan setiap hari ada bersama kita, bagaimana makan minumnya ?, bagaimana pendidikannya dan mengurus kesehatannya ? dan mengurus kebutuhan lainnya ?. ya....ternyata semua itu mudah dan tidak sesulit yang kita bayangkan jika KITA BEKERJA SAMA.
Seribu Rupiah yang kita sedekahkan adalah sebuah bentuk Kerja Sama kita melahirkan Ribuan Generasi Qur’ani yang tangguh menatap masa depan untuk kemuliaan Islam dan Kaum Muslimin, Pasti ! .......walau mungkin kita belum sempat menyaksikan kelahirannya karena keterbatasan nafas kita.
Donasikan Sebagian Rizki anda disini>>>
Saturday, February 11, 2012
ISTRI SHOLEHAH YANG MENGGAIRAHKAN
Abu Thalhah adalah salah seorang sahabat Nabi yang amat beruntung karena kehidupan keluarganya yang sakinah. Isterinya yang bernama Rumaisah atau lebih dikenal dengan Ummu Sulaim bukan hanya cantik dan menggairahkan, tapi juga shalehah dan cerdas. dikaruniai seorang anak dari Allah swt melengkapi kebahagiaan keluarga ini.
Namun demikian, selalu kumpul di rumah untuk selalu menikmati kebahagiaan tidaklah mungkin. Seorang suami harus keluar dari rumah untuk mencari nafkah yang juga menjadi tanggungjawab dan bukti cintanya kepada keluarga. Bahkan dalam situasi yang mendesak ia tetap harus lakukan hal itu.
Suatu ketika anak semata wayang yang mereka cintai jatuh sakit, sementara Abu Thalhah harus keluar rumah untuk mencari nafkah dan bila tidak keluar rumah, ia tidak mendapatkan apa yang menjadi kebutuhan sehari-hari. Karenanya, meskipun terasa berat ia tetap pergi untuk melaksanakan kewajibannya itu.
Ketika sore hari, anaknya yang sakit akhirnya meninggal dunia. Duka amat dalam dirasakan oleh Rumaisah, iapun mengucurkan air mata sampai terasa sudah habis bersama kesedihannya yang juga demikian. Hari sudah mendekati malam yang berarti suaminya segera pulang, IA TIDAK INGIN SUAMINYA PULANG YANG DALAM KEADAAN LELAH HARUS BERHADAPAN DENGAN KESEDIHAN YANG DALAM DAN TIDAK MENYENANGKAN.
Untuk menyambut suaminya pulang, Ummu Sulaim memindahkan jenazah anak yang dicintainya itu ke kamar khusus, iapun menutupi wajahnya yang sedih dengan sedikit bersolek dan siap menyambut kepulangan suaminya malam itu dengan wajah gembira seperti tidak ada masalah.
Kepulangan Abu Thalhah betul-betul disambut dengan gembira, saat ia bertanya tentang keadaan anaknya, iapun menjawab bahwa sang anak sedang beristirahat, bahkan lebih tenang dari biasanya. Abu Thalhah tentu merasa bersyukur. Makan malam yang lezat sudah dihidangkan oleh isteri yang amat dicintainya, bahkan sesudah makan malam selesai, sang isteri dengan wajahnya yang bersinar, bahkan nampak lebih cantik dari biasanya mengajaknya bercengkrama dengannya sehingga Abu Thalhah melakukan hubungan suami isteri dengan kepuasan tersendiri.
Setelah sang suami isteri ini merengkuh kepuasan dan kebahagiaan malam itu, Rumaisah tiba-tiba bertanya kepada suaminya: “Bila ada orang menitipkan sesuatu kepada kita, sesuatu itu milik kita atau bukan, padahal kita amat menyenangi sesuatu itu?”.
“Tentu bukan”, jawab Abu Thalhah.
Rumaisah melanjutkan pertanyaannya: “Bila sesuatu itu diambil oleh yang punya bagaimana?”.
“Tidak apa-apa, hak orang itu untuk mengambilnya karena memang hal itu miliknya”, jawab sang suami.
“Bila sesuatu itu adalah anak kita, anak itu milik kita atau titipan?”. Tanya Rumaisah lagi.
Sampai disini, Abu Thalhah merasa ada yang aneh dengan pertanyaan isterinya itu. Karenanya ia bertanya: “Apa sebenarnya maksud pertanyaanmu itu?”.
“Kalau kita menyadari bahwa anak kita adalah titipan Allah swt, maka Allah swt telah mengambilnya, ia telah wafat menjelang maghrib tadi”, jawab Rumaisah.
Meskipun kalimat itu diucapkan sedemikian pelan dan hati-hati, hal itu telah menggetarkan hati Abu Thalhah. Menyadari kematian sang anak yang dicintai membuatnya menjadi diam dan sedih serta termenung memikirkan kejadian hari itu. BILA SANG ISTERI BERKATA APA ADANYA SEJAK KEPULANGANNYA, TIDAK MUNGKIN IA HARUS BERSENANG-SENANG DENGAN MAKAN YANG LEZAT DAN MELAKUKAN HUBUNGAN SUAMI ISTERI.
NAMUN, IA MENJADI SEMAKIN CINTA DAN BANGGA KEPADA SANG ISTERI ATAS KECERDASAN HATI DAN PIKIRANNYA ATAS PERISTIWA INI. “ISTERIKU TERNYATA TELAH BERBUAT SESUATU YANG PATUT DITELADANI”, PIKIRNYA MESKIPUN IA HAMPIR TIDAK PERCAYA DENGAN APA YANG DIALAMINYA.
Setelah jenazah sang anak diurus dengan baik. Abu Thalhah merenung atas kekagumannya kepada sang isteri, ia merasa sebagai seorang suami amat tertinggal dengan isterinya dalam menyikapi sesuatu. Ia ingin berusaha untuk menjadi lebih baik dari isterinya. Maka iapun datang kepada Rasulullah saw dan menceritakan peristiwa yang sesungguhnya terjadi.
Mendengar cerita Abu Thalhah, Rasulullah saw nampak sangat antusias, wajahnya nampak begitu gembira dengan cerita tentang keadaan umatnya yang mengagumkan. Karenanya sesudah mendengar cerita itu, Rasulullah saw mendo’akan agar Allah swt memberkati malam-malam berikutnya suami isteri yang tabah itu.
Kejadian ini menjadi cerita yang tersebar luas di Madinah, para suami isteri ingin memiliki ketabahan, kesabaran dan kesungguhan seperti Abu Thalhah dan Rumaisah ini. Harapan Rasulullah saw ternyata menjadi kenyataan. Suami isteri yang mulia ini dikarunia anak-anak yang tidak hanya satu, tapi tujuh anak yang mudah dididik dan dibina menjadi anak yang shaleh, bahkan anak-anak inipun menjadi penghafal Al-Qur’an yang mengagumkan.
Sahabat wanita… tak ada satupun laki-laki yang tidak menginginkan istrinya atau calon istrinya seperti Rumaisah, CINTA seorang lelaki tak akan perpaling sedikitpun jika Istrinya atau calon istrinya seperti Rumaisah, kecuali Lelaki itu BODOH. Jadilah Rumaisah kita akan serasa tinggal di SORGA sebelum SORGA
Donasikan Sebagian Rizki anda disini>>>
Saturday, February 4, 2012
Subscribe to:
Posts (Atom)